• Twitter
  • Facebook
  • LinkedIn
  • Instagram
  • Youtube

September 12, 2016

Review: Travis - Everything at Once [2016]: Menjadi Dewasa Tidak Sama Dengan Ikut Arus..

Intro
Beberapa grup musik yang sudah berumur mungkin perlu mengubah gaya musiknya dengan alasan tertentu. Misalnya demi menggaet pangsa pasar yang lebih luas. Walaupun keuntungannya adalah bisa mendapatkan penggemar baru dari usia yang lebih muda, tak jarang hal ini membuat penggemar lamanya sedikit patah hati. Sepertinya Travis tidak memilih jalan ini, Travis tetap memilih untuk memainkan musiknya dengan ciri khasnya sendiri. Itu yang gue simpulkan untuk dari album terbarunya Travis: Everything at Once.

Album Artwork
Gue mulai dari album art. Jika di album sebelumnya yang juga gue review di sini artworknya lebih terkesan alami, di album kali ini Travis lebih memilih cover album yang cenderung minimalis. Menggambarkan kota dengan gedung-gedung berwarna-warni dan jalan lebar di depannya. Artwork ini muncul kembali di music video Magnificent Time yang ternyata gedunganya gak dibuat secara digital, tapi dari potongan kertas karton. Wow!





Track-by-Track Review
Pertama denger Radio Song sama Everything at Once ingatan gue langsung berasa kembali ke era 90-an dengan gebukan drumnya yang sangat nendang dan gitar elektrik yang bahkan sudah terdengar dari detik pertama, serta bassnya yang terdengar bold. Secara lirik, gue suka pemilihan kata-kata di lirik di Radio Song yang berima: Open your mouth up wide/So we can park a bus inside/How do you sleep at night/With all of the shit you hide/You’re the only one who thinks it’s right/No wonder the bed bugs bite. Kalo yang gue denger sih artinya lebih ke inget seseorang dari lirik lagu yang diputer di radio dan ingin membagikannya ke orang tersebut tapi sudah terlambat. 

Berbeda dengan dua lagu tadi, All Of The Place dan What Will Come terdengar seperti membawa formulasi musik yang sama dengan album kedua hingga keempat. Terlihat dari gebukan drumnya dan irama gitar yang mirip dengan lagu Sing. What Will Come ini liriknya ngena banget. Tentang kesiapan seseorang yang siap untuk menerima keputusan selanjutnya karena ternyata cinta seseorang yang dia sukai telah berubah.

Paralysed, 3 Miles High, dan Stranger On Train secara musik lebih mirip dengan album sebelum ini. Khusus untuk lagu Paralysed gue seperti mendengar soundtrack film kolosal China dengan backing vocal mendayu yang terdengar di bagian awal dan akhir dari lagu ini. Yang gue suka dengan 3 Miles High adalah liriknya yang dalam: Everyone has a wall to climb/But we don't really have the time/To give a who-how about it/And your life is a Russian doll/You were given when you were small/And they all inside you.

Animals, Idlewild,  dan Magnificent Time kalo gue bilang adalah sesuatu yang fresh. Coba aja denger aja bagian chorus-nya Animals, perpaduan drum, gitar, bas, dan biola yang asik dengan pola play-pause-play-pause (gue gak tau istilah yang tepat buat menggambarkannya) bikin mood naik. Magnificent Time ini lebih upbeat dengan genre yang lebih dance. Tanpa unsur EDM yang menjadi genre paling ngetrend saat ini, toh tetap saja Magnificent Time ini berhasil membuat kepala gue menikuti iramanya. Bahkan di video klip dan ketika live, Travis menambahkan gerakan dance-nya yang ini adalah hal baru bagi Travis. Josephine Oniyama digaet oleh Travis untuk berkolaborasi di Idlewild, dan itu berhasil menurut gue. Memang bukan baru pertama kali bagi Travis featuring dengan musisi lain, karena sebelumnya pernah juga dengan KT Tunstall di Under The Moonlight. Tapi yang bikin lagu ini unik adalah gue bisa mendengar Fran Healy, sang vokalis, menyanyikan lirik lagu secara rap. Memang levelnya berbeda dengan Eminem, karena memang bukan spesialisasinya. Yang jelas, perpaduan suara Fran Healy dan Josephine Oniyama berhasil membuat lagu ini menjadi lagu terfavorit gue di album ini.

Kesimpulan
Travis, dengan album ini, sekali lagi bisa membuktikan bahwa bagi musisi menjadi dewasa bukan berarti harus mengikuti arus dan tidak mengikuti arus bukan berarti sebuah album tidak layak untuk didengarkan. Jika suka dengan lagu-lagunya Travis di album-album sebelumnya macam Sing, Why Does It Always Rain On Me, Turn, Driftwood, dan lainnya, maka album ini layak dibeli dan didengarkan karena gue yakin lo gak bakal kecewa.

0 komentar:

Contact

Get in touch with me


Address/Street

Kongsijaya 02/01, Widasari, Indramayu 45271

Phone number

+(62) 81223001161

Website

www.abialghifari.com